Dra.Hj.Ngesti Yuni Suprapti

Minggu, 30 November 2008

IKM Natuna gampang gampang susah....

Natuna dengan segala potensi memang sangat menjanjikan, bahkan semua yang ada di Indonesia , rasa-rasanya ada di Natuna. Bahkan dengan tanpa uang pun bisa hidup ( ye ke mbeeee....) kecuali pola hidup sudah terkontaminasi globalisasi yang menempatkan uang sebagai alat tukar yang harus ada pada setiap orang, terlepas dari besar kecilnya pendapatan.

Kembali ke masalah potensi Natuna, semua potensi yang ada selalu di dengungkan untuk segera di manfaatkan. Upaya yang telah dilakukan pun sudah menuju kearah yang diharapkan. Bidang industri kecil menengah adalah salah satu yang turut dikembangkan sesuai dengan skala yang ada. Ada komoditi kelapa, cengkeh, karet dan sebagainya. Potensi-potensi yang ada ini menjadi modal awal untuk dilaksnakan dengan berbagai harapan baru ke depan.
Di satu sisi kita dituntut untuk merespon akan potensi yang ada, respon bersambut baik, berbagai kegiatan yang menunjang industri kecil dan menengah dilakukan. Namun dalam perjalanannya banyak dihadapkan dengan kendala yang sifatnya bukan teknis, melainkan kesiapan dan pola pikir pelaku industri kecil menengah yang tidak sama . Hal ini tentu menimbulkan persepsi yang berbeda-beda yang dampak akhirnya adalah tidak tercapai tujuan yang diharapkan, kalau pun ada yang berjalan namun sangat kecil sekali...dan ini TANTANGAN. Kesimpulan yang didapat berkaitan dengan pengembangan industri kecil dan menengah antara lain :

1.Ada anggapan sebagian masyarakat bahwa dengan dibukanya suatu tempat pengolahan industri maka semua kebutuhan hidup mereka akan segera berubah, pandangan ini menempatkan pihak pembina sebagai individu yang harus bertanggung jawab penuh atas adanya pembukaan tempat pengolahan industri.
2.Pola pikir masyarakat yang tidaksama bahkan cenderung pesimistis, membawa mental yang cenderung pasif dan lebih menggantungkan kepada apa yang akan dilakukan oleh pihak pembina, dan hal ini menyebabkan semua aspek produksi menjadi tanggungjawab pembina, sehingga mengaburkan tujuan pemberdayaan masyarakat secara ekonomis.
3.Pola kerjasama dan dan rasa memiliki aset yang telah ada cenderung bersifat empati, hal ini merupakan preseden buruk bagi pola kinerja yang diharapkan kuat dan lebih kepada rasa ikut bertanggungjawab terhadap apa yang sudah diberikan, dan hal ini membawa kesan pihak pembina tidak bisa membangun
pola kerjasama yang kuat.
4. Tidak adanya jiwa menuju arah yang lebih baik dan cenderung menerima tanpa ada solusi, dan ha ini menyebabkan adanya citra yang tidak baik selaku individu yang mengusung program pengembangan industri .
5. Belum adanya pola pikir bisnis yang mengedepankan aspek ekonomi dalam pelaksanaanya, sehingga meyebabkan jiwa bisnis terkesan kolot, tidak administratif dan tidak mempunyai data yang kuat dalam negosiasi pada level transaksi.
Dengan melihat beberapa aspek pola pikir yang ada diatas, maka dampak pengembangan industri kecil dan menengah akan lamban dan cenderung pesimis. Sulit memang merubah pola pikir masyarakat yang sudah bertahun tahun tertanam seperti itu, sehingga apabila dibenturkan dengan pola kerja modern maka agak sulit untuk diterima bahkan sangat pasif ( Tantangan gw neeh...).

Minggu, 23 November 2008

Perintis itu......

Masih ingat dibenakku ketika tragedi kapal perintis Djadajat (baca: jedayat ), foto disamping diambil oleh bapakku yang ketika itu menjadi staf syahbandar di Sedanau...

Selasa, 11 November 2008

BATU SISIR

Siapa yang tak pernah mendengar nama batu sisir? untuk sekarang, orang mungkin hanya tahu batu sisir adalah jalan menuju ke Bukit Arai yang tak lain adalah tempat berdirinya Kantor Bupati Natuna. Nah... kalo tuan-tuan belum pernah melihat wujud bagaimana batu sisir, gambar diatas adalah batu yang dimaksud, jadi tuan-tuan jangan hanya bisa menyebutkan nama jalan atau menulis alamat nama batu sisir pada kop surat saja, tetapi harus tahu darimana nama jalan itu diambil.

Untuk masyarakat Ranai dan sekitarnya nama batu sisir sudah tidak asing lagi, apalagi pada zaman tempo dulu, bagi masayarakat yang hendak menuju Binjai Kecamatan Bunguran Barat atau ke daerah transmigrasi (SP...kerennya ), maka jalan yang harus dilalui pasti melewati pinggiran bongkahan batu yang menyerupai balur-balur sisir ini ( jalan lintas sungai ulu sudah ada tetapi tidak populer seperti sekarang ini ). Kononnya lagi batu sisir ini sangat misteri, banyak orang yang berpose disana tetapi tak jadi alias filmnya terbakar ( gombo angos urang kabo...), saya belum pernah mengalaminya, bahkan bila di foto, penampakan yang kasat mata selalu kelihatan, tapi untunglah foto saya tidak ada penampakan ( nggak tau kalo mata anda yang melihat.....).

Terlepas dari sebalik kisah mulut ke mulut atau legenda yang menyertainya tersebut, batu sisir secara wujud dan tempatnya mulai dilupakan ( atau malas nak mikir kali ya..), nama batu ini telah menjadi sebutan dimana-mana.....apalagi bagi yang hendak menulis surat ke alamat Kantor Bupati Natuna, sudah pasti batu sisir selalu tertulis setelah kata jalan ( seperti ini : Jl. Batu Sisir Bukit Arai- Ranai ..).

o,ya bagi yang belum pernah kesana dan belum melihat secara langsung, buka aja laman weblog saya, ( boleh disampaikan ke kawan-kawan anda, boleh juga tidak...terserah!)

Rabu, 05 November 2008

MEROSOT

Di berbagai media masa dan elektronik kalimat yang paling sering kita dengar adalah merosot, kata lainnya menurun, menukik, menunjam, terjun bebas, jatuh,melorot, nunjom, nungeng, .... dua kata terakhir adalah natunapedia. Merosot dan kawan-kawan padanan kata ini, selalu menjadi tolok ukur pembicaraan masyarakat, khususnya dampak yang ditimbulkan, yang bermuara pada hal negatif, kalaupun ada yang positif hanya sedikit sekali. Merosot dalam hal ini paling sering muncul pada aspek ekonomi. Efek yang ditimbulkan dari merosotnya aspek ekonomi berdampak pada semua aspek lainnya.

Memang diakui kata merosot selalu berdampak pada pola kehidupan masyarakat, seseorang yang berbicara tentang merosotnya suatu kegiatan ekonomi sudah dapat mempengaruhi orang untuk berpikir kedepan dalam menjalani hidupnya. Tantangan dan hambatan akan menjadi sandungan utama dalam merencanakan sesuatu untuk meraih apa yang diharapkan. Upaya dalam mempertahankan hidup dalam suasana kemerosotan seringkali menimbulkan persaingan yang tidak sehat. Hal inilah yang menjadi puncak adanya kemerosotan dalam berbagai dimensi kehidupan.

Akan tetapi merosot atau tidak ( sering juga dipakai kata berfluktuasi, yang mengambarkan turun naik ) adalah cerminan pondasi suatu kebijakan yang yang sudah ditetapkan. Jadi ??






  © Blogger template 'Personal Blog' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP