Dra.Hj.Ngesti Yuni Suprapti

Rabu, 23 Juli 2008

Keramat Binjai


Hmm..siapa yang tidak tahu Keramat Binjai, banyak yang tidak tahu dan banyak juga yang tahu. Lalu kenapa Keramat Binjai yang tepatnya berada di sebuah pulau kecil ( kukop ) begitu fenomenal dikalangan Masyarakat Natuna khususnya yang mendiami Pulau Bunguran dan sekitarnya? kalau bukan karena adanya sebuah kuburan/makam, mungkin orang menganggap sebuah pulau kecil biasa. Lalu makam siapakah itu? kenapa menjadi keramat? bahkan bila kita ke Keramat Binjai, maka diharuskan membawa sebuah batu kerikil untuk diletakkan di dekat makam? ritual apa pula ini?


Terlepas dari untaian pertanyaan dibenak , saya berusaha mencari jawab atas pertanyaan itu. dan jawaban atas semua itu sedikit banyak sudah terjawab, akan tetapi jawaban ini bisa memuaskan atau tidak saya tidak tahu.


Makam keramat yang selalu di ziarahi itu di percayai adalah Makam Demang Megat. Lalu siapa pula Demang Megat ini. Konon Demang Megat ini adalah penghuni pertama Pulau Serindit ini. Menurut cerita Demang Megat ini menikah dengan seorang putri Sultan Johor bernama Tengku Fatimah yang dibuang ayahnya karena lumpuh kaki. Seperti yang tercatat dalam sejarah Pulau Serindit pada tahun 1530-1564 M berada dibawah kekuasan Kesultanan Johor. Dari Segeram sang putri memerintah , karena tidak bisa berjalan maka Tengku Fatimah selalu duduk di sebuah singgasana yang terbuat dari kayu bungur ( kelak dari nama kayu bungur ini nama Pulau Serindit berubah menjadi Pulau Bunguran).


Lalu kapan ada makam Keramat Binjai ini ? Jawabnya ketika Demang Megat ingin bertapa/bersemedi . Dengan izin sang putri, Demang Megat berangkat melayari sebuah penjajab (perahu ) menuju arah timur dan memasuki Kuala Sungai Binjai dan mendarat disebuah pulau kecil berpasir batu untuk persemediannya. Dari tempat inilah Demang Megat ini menghilang dan dijumpai sebuah makam yang percayai adalah Makam Demang Megat, yang oleh penduduk diberi nama Keramat Binjai atau Keramat Datuk Bungur yang sampai sekarang masih tetap diziarahi.


Dari uraian diatas jelas, bahwa kepercayaan masyarakat termasuk saya masih cukup mengental mengenai Keramat Binjai ini.


( informasi sejarah dari berbagai sumber)


Sabtu, 19 Juli 2008

Binjai Zona Silarurahmi Warga Bagian Barat


Status Desa tidak menjadikan Binjai tertinggal dalam proses pembangunan, sebagai pintu masuk ke ibukota Kabupaten Natuna untuk wilayah barat, Binjai mempunyai propspek yang sangat menjanjikan dalam hal pengembangan wilayah disudut barat di Pulau Bunguran. Hampir memasuki satu dasawarsa usia Kabupaten Natuna, geliat arus mobilitas masyarakat di Desa Binjai sangat ramai, tanpa disadari ada perputaran rupiah yang setiap hari beraviliasi dengan kegiatan mobilitas masyarakat. banyak sekali arus dana yang dikeluarkan oleh masyarakat ketika melalui kawasan ini, dan disinilah transaksi jual beli barang dan jasa sangat terasa. Seperti diketahui Kawasan Bagian Barat yang notabenenya sudah dikenal sebagai kota perdagangan dan jasa, sangat memberi dampak yang positif terhadap arus barang yang masuk dari wilayah barat menuju ibukota kabupaten, Ranai.
Nah setelah kita berbicara potensi ekonomi yang ada di wilayah Binjai, ada suatu hal yang saya rasakan ketika berada wilayah Binjai ini khususnya di Pelabuhan Binjai. Di pelabuhan inilah ajang bertemunya warga bagian barat . Sudah dipastikan betapa gembiranya bertemu dengan kenalan, keluarga, dan handaitaulan. Sambil menantikan kapal ferry yang akan ditumpangi, perbincangan, perbualan, pembicaraan, sapa menyapa, salam menyalam pun mewarnai penantian ini. Boleh bisa dikatakan rasa persaudaran akan jati diri warga bagian barat sangat kental dan bersahaja. Celoteh khas yang kadang-kadang sangat menghibur bisa dijadikan obat rasa languk. Yang pasti tidak ada rasa asing, semua terasa bagaikan sebuah keluarga besar...rasa bangga menjadi bagian dari masyarakat bagian barat menyelipkan rasa syukur kalau kita ternyata berada dalam warga yang sangat kritikal dan bersahaja.

Lalu saya berpikir, kenapa hal seperti ini sangat jarang dilakukan selama berada di Kota Ranai? perlu dimaklumkan, kita tidak bisa menyamakan kehidupan dikota-kota besar lainnya, mungkin apa yang saya pikirkan adalah hal yang biasa, namun untuk ukuran sebuah kota Ranai , pola persaudaraan yang berlaku di Pelabuhan Binjai sangat jarang terjadi di Kota Ranai, seakan-akan telah menjadi warga lain yang serba acuh. Ini sangat berbeda dengan warga lain yang tampak selalu mengutamakan keutuhan persaudaraan dan saling peduli walaupun mereka dirantau. Mungkin terasa naif bila saya punya pikiran begitu, tetapi mari kita saling intropeksi diri...lalu bagaimana kita memungut tali persaudaraan yang terasa sudah di ujung kelonggaran? perlu adanya forum komunikasi, dengan komunikasi, maka pemikiran mengedepankan persaudaraan dan kepedulian akan tumbuh dan semangat itu akan terus menjadi besar dan mempunyai harga marwah yang tidak bisa dipandang sebelah mata.

Atau harta, kedudukan dan kekuasaan begitu mudah melunturkan rasa persaudaraan, saling sapa dan saling peduli kita? Apa kekurangan yang selama ini menemani hidup harus dibalas dengan sikap acuh ketika kecukupan menghampiri? Naif dan norak sekali. Justru kita belajar dari apa yang kita miliki sekarang, berbagi atas kesuksesan dan kelebihan yang dimiliki . Mari kita belajar dengan orang-orang yang punya harta, kedudukan, kekuasaan di Kabupaten Lain yang ternyata lebih menghargai rasa persaudaraan dan kepedulian itu. Dan dengan melunturnya rasa persaudaraan dan rasa kepedulian, maka yang terjadi berikutnya adalah hilangnya rasa kebanggaan akan wibawa wilayah bagian barat yang kita alu-alukan itu.

Minggu, 06 Juli 2008

Kapal Perintis Riwayatmu Kini......







Siapa yang tak kenal kapal perintis yang selalu melayari wilayah Pulau Tujuh....hmmm saya yakin semua pasti tahu. Bahkan sejak Tahun 1967 kapal jenis ini merupakan alat transportasi yang sangat berperan terhadap mobilitas masyarakat seantero Pulau Tujuh. Banyak diantara kita yang pernah menggunakan kapal perintis ini pada waktu itu, keperluannya berbagai macam, ada yang sengaja berangkat ke wilayah lain yang termasuk wilayah Pulau Tujuh maupun yang hendak ke ibukota Kabupaten Kepri Kota Tanjungpinang, atau bagi yang ingin melanjutkan sekolah tingkat atas di kota Tanjungpinang memang pada waktu itu sekolah setingkat SLTA tidak ada di Pulau Tujuh ( kalau tidak salah SMA Negeri 1 Bunguran timur sudah ada ketika saya SMA di Tanjungpinang ).
Disadari atau tidak peran perintis banyak mengantarkan pemikir-pemikir asal Pulau Tujuh yang handal, yang sekarang bertebaran di berbagai bidang di negeri ini. Dari yang menjadi PNS, pengusaha,dosen, Nelayan, Petani bahkan yang belum beruntung pun pernah menaiki kapal perintis ini. Nah..didalam kapal inilah terjadi interaksi sosial sesama masyarakat Pulau Tujuh yang dalam dialek melayunya masing-masing mempunyai kekhasan tersendiri.
Seiring dengan perkembangan zaman posisi kapal perintis mulai digeser oleh kapal milik PT.Pelni yang memang untuk penumpang, sebuah kapal yang sangat representatif. Kapal baru ini seolah-olah menghipnotis banyak masyarakat Pulau Tujuh, bayangkan saja didepan mata ada kapal yang cukup besar bersandar dan berlabuh dilaut kita, seolah-lah tidak percaya ada kapal besar yang mau bersandar dan berlabuh dipulau-pulau yang dianggap pinggiran pada waktu itu.
Sejak itu masyarakat pun seolah-olah lupa dengan kapal perintis, bahkan ketika ditanya kapan kapal perintis masuk, banyak yang menjawab tidak tahu, " kawan mang ndoktau gok yow, masalahnye lah lame ndok naek perintis, kalau ndok salah tangluk ti ade masok, tapi kawan ndok tau, ntah dori sintete ntah dori pinang, cube awak tanyak dengan syahbandar.." itulah sepenggal kalimat yang sering kita dengar ketika ada yang bertanya tentang jadwal kapal perintis ini. Cukup riskan juga betapa kapal yang sangat berperan ini sudah dilupakan, walaupun ingat tapi tidak detil.
Yang pasti apapun itu kapal perintis tetap jalan dan punya penumpangnya tersendiri... ( untuk diingat :Kapal-kapal yang pernah ada melayari perairan Pulau Tujuh antara lain : Djedayat, Nusawamer, Nabire, Berlian, Baruna Candra dan masih banyak lagi, apalagi sebelum saya lahir he..)

Jumat, 04 Juli 2008

Kajian Pengembangan Inti Industri Daerah Natuna

Kabupaten Natuna dengan segala potensi alam yang ada sangatlah menjanji kesjahteraan bagi masyarakatnya. Dari kawasan laut sampai daratannya mempunyai karakteristik keunggulan yang bisa di kedepankan sebagai unggulan yang potensial untuk dikembangkan. Tim Kajian Pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah Departmen Perindustrian RI yang meninjau dan bersosialasi tentang pengembangan komptensi inti daerah ini memberikan wawasan yang lebih kongkrit terhadap program yang akan dilaksanakan oleh pusat ke daerah. Sinkronisasi antara pusat dan daerah menjadi sesuatu kekuatan yang berpadu dengan harapan dapat menghasilkan suatu program yang matang, yang terperinci arah pengembangannya.
Diakui memang untuk Kabupaten Natuna yang berada ditengah laut dan sangat jauh dari pulau-pulau lainnya mempunyai tantangan tersendiri. Hal ini tentu mengharuskan kita berpikir, sektor apa yang paling memungkinkan pengembangannya dalam waktu yang relatif singkat dan di masa yang akan datang tidak akan habis-habisnya.
Kajian yang telah dilakukan menghasilkan lima komoditi kompetensi inti industri daerah Natuna yakni meliputi : Perikanan olahan, cengkeh, karet, kelapa. dan rotan. Kelima komoditi ungulan Natuna tersebut dihasilkan pada pembahasan hari pertama. Pada Pembahasan hari kedua diciutkan menjadi tiga kompetensi inti industri daerah Natuna yaitu, perikanan olahan , cengkeh dan karet, ketiga unggulan Kabupaten Natuna ini mempunyai karakateristik yang kuat terhadap kehidupan ekonomi masyarakat. Pembahasan hari ketiga dilanjutkan dengan menghasilkan dua kompetensi inti inustri daerah yakni perikanan olahan dan karet. Kedua sektor ini dianggap sangat menjanjikan untuk penngembangan inti industri daerah Kabupaten Natuna. Dari kedua sektor ini dibahas lagi dan dipilih lagi sektor yang dapat memberikan gambaran industri yang bisa dikembangkan dalam waktu relatif singkat sesuai dengan tahapan kemampuan masyarakat dan daerah.
Sebagai final kajian pengembangan kompetensi inti industri daerah, maka sektor perikanan dan olahnya mendapat skore tertinggi dalam kajian ini. Sektor ini diakui memang mempunyai kelebihan, diantaranya dapat diaplikasikan dengan pengembangan industri yang berbasis rumah tangga, yang merupakan cikal bakal pengembangan sektor industri dalam skala menengah dan besar khususnya di Kabupaten Natuna.
(Kajian Pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah 2008 yang dilaksanakan di Ranai Kab. Natuna)

  © Blogger template 'Personal Blog' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP