Sudah hampir 2 minggu pemerintah menaikkan harga BBM, dan selama itulah demo mengharapkan pemerintah membatalkan kenaikan harga BBM yang sudah terlanjur naik terus bergulir, penggerak utama adik adik kita mahasiswa dari berbagai penjuru daerah.... mereka marah, geram, jengkel terhadap putusan pemerintah menaikkan BBM. Lalu apa yang pernah penulis turunkan dalam artikel " BBM NAIK LAGI" bahwa berita BBM dan dampaknya di berbagai sektor ekonomi akan mendominasi layar kaca, media massa dan bahan pembicaraan hangat dimasyarakat menjadi topik yang tidak akan putus-putusnya. Masyarakat akhirnya menelan rasa pahit dan mau tidak mau menjalani apa yang sudah diputuskan oleh pemerintah. Di satu sisi pemerintah memberikan kompensasi bagi masyarat berpenghasilan rendah ( tetapi mereka lebih dikenal sebagai masyarakat miskin) dan BLT jadi penghibur sementara. Masalah baru kemudian muncul, pendataan masyarakat penerima BLT pun rancu dalam penilaian sebagai yang berhak mendapatkannya. Dan satu lagi ada pula penetapan daerah yang menerima dan tidak menerima BLT, penilaian terhadap daerah yang tidak menerima ini tolok ukurnya apa ya ? saya juga tidak tahu...kalau dilihat dari kaya dan miskinnya suatu daerah sangatlah relatif....dan demonstrasi turun ke jalan terus berlanjut sampai sekarang, lalu apa masih murni menyuarakan aspirasi rakyat dan pemerintah pun mesti melihat kondisi ini....dan terdengar sayup-sayup..ku lihat ibu pertiwi, sedang bersusah hati. Air matanya berlinang, mas intan yang terkenang, sawah, bumi, hutan, gunung, lautan, simpanan kekayaan, kini ibu sedang lara, merintih dan berdoa....
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
6 komentar:
Setelah pemerintah bergeming dan kemudian bersikukuh dengan menetapkan kenaikan harga BBM, kini demo berlanjut dengan tuntutan pemerintah agar membatalkan kenaikan harga BBM. Lalu, apakah bila pemerintah membatalkan kenaikan harga BBM, kemudian beban masyarakat dengan sendirinya akan menjadi ringan? Harga-harga kebutuhan pokok lantas kemudian juga akan ikut turun? Keputusan pemerintah memang sangat problematik. Tetapi pendemo juga bisa jadi tendensius...
Tulisan ini secara substansi mantap dan aku suka. Hanya redaksional dan tata-tulisnya saja yang perlu lebih diperhatikan lagi. OK Bang Eko?
Kalau berbicara BBm ni,,,daridulu,sejak zaman nenek moyang pasti bakalan berekor.
Tapi anehnya,walaupun aksi demo marak dimana-mana,kok pemerintah diam membungkam.Ehhmm..mau gmana lagi y?yg pasti dengan kenaikan BBM ini tentunya semangat nasionalisme kita pun harus naik,dan menjadi generasi penerus bangsa untuk mencerdaskan dunia.Sehingga BBM bukan lagi diartikan Bikin Bangkrut Masyarakat tapi BBM=bARENG-BArENG mAjU...OK BG?
bmm? ape menatang tu....
yeyeyeee..... itu duluuuuuuuu.. skarang laen lee....
kita takkan mampu menahan beban apbn dengan harga 1 g udah 200 USD... gile khann.. Malaysia aja udah 12 ribuan bensin perliter.. intinya harga 1 kali naik aja dan sama dengan ukuran eropa... jangan berjenjang.. hingga harga barang ikut naik berdasar deret ukur... Presiden duluuuuu tuuu punya kerja.. hingga mata uang kita tidak jatuh jauh... jatuh pun kalau dapat atas bawah katil ajalahh... ieyalahhhh.. wulan aja jamilah masak jami dong
Kenaikan BBM sebenarnya hal yang sangat mirip "Makan Buah Simalakama"....
Yang penting, bagaimana kita secara individu, terus keluarga kita, kerabat kita mulai melakukan penghematan penggunaan BBM, penggunaan Listrik, Air dan langkah2 positif lainnya.
Bagi pendemo BBM sepertinya harus banyak menimba ilmu dengan Nagabonar deh.... dan belajar ikhlas dengan H Dedi Mizwar....
apa dampak kenaikan BBM bg kite di Natuna ? ..... bong eko kayaknya perlu nulis lagi.....hehehe.
Posting Komentar